HELLO TO YOU - Tiramisuu Latté [OneShoot]
HELLO TO YOU - Tiramisuu Latté [OneShoot]
Author : Tiramisuu Latté
Cast : Park Chan Yeol, Bae Sun Mi, OC
Genre : Romance
Length : OneShoot
Rating :
Sinopsis : Dobi selalu mengatakan aku jenius. Memang terkadang
sikapnya kekanak-kanakan. Tetapi dialah yang mengerti diriku.
Mencintaiku apa adanya, selama ia masih dapat merasakannya — Bae Sun
Mi.
Dia memang selalu bertindak koyol.
Terkadang dia terlihat seperti orang idiot saja.
Memalukan memang,
Memiliki kekasih banyak tingkah seperti dia.
Tapi, tetap saja―
TUK
“Dasar Dobi bodoh!”
― Aku mencintai ia apa adanya.
Bae Sun Mi POV
Selalu
saja. Bertingkah bodoh, bersikap semaunya, dan manja. Sebenarnya dia
lelaki atau wanita sih? Sikapnya terkadang menggelikan seperti yeoja
saja. Meskipun, yah, aku ini yeoja.
Tanpa
sepengetahuanku, Chanyeol memutar ayunan yang kunaiki. Membuat kedua
rantai penyangganya telihat memelintir seperti kain yang sedang diperas.
“Ya! Ya! Ya! Apa yang kau lakukan?!,” bukannya berhenti, Chanyeol
semakin sibuk memutar rantai itu dengan senyum konyolnya. Membuatku
sedikit pusing dan mual akibat ulah isengnya.
“Lihatlah
ke atas, Matahari! Kau akan melihat langit berputar saat kulepaskan
peganganku nanti!”. Dan detik berikutnya aku benar-benar melihat langit
yang berputar tepat seperti yang Chanyeol katakan. Langit biru cerah
dengan gumpalan awan putih lembut bak kapas. Ah, benar-benar
menyenangkan untuk dilihat.
Sedikit
mendesah kecewa saat pemandangan sederhana namun menakjubkan itu
berhenti. Setelahnya bukan lagi keindahan langit ciptaan Tuhan yang
kulihat, tetapi wajah Chanyeol lengkap dengan senyum lebarnya.
CUP
Ya, Neptunus...
“Kau benar-benar menggemaskan, Matahariku!”
CHANYEOL MENCIUM BIBIRKU TANPA IZIN!!
.
.
Setelah
insiden mencuri ciuman pertamaku tanpa izin di ayunan taman dekat
rumahku− aku menyadari betapa sembrononya dia. Apa dia selalu melakukan
apa saja yang dia inginkan tanpa di fikirkan terlebih dahulu?! Demi
Tuhan! Aku bisa gila!!
“Matahari? Kau sakit?”
‘Aku sakit memikirkan apa yang kau lakukan kemarin, bodoh!,’ batinku gemas.
Uh, kepala ini terasa semakin pusing saja setiap aku berfikir. Apa aku mengalami kerusakan otak karena Chan― “Kyaa!!”
Refleks, kupeluk lehernya. Dia− dia benar-benar menyebalkan!! Aarrgghh!!!
Saat
Chanyeol menggendongku di punggung tegapnya tidak henti-hentinya aku
mendengar ia terkekeh. Aku heran, apa otaknya sudah benar-benar sakit?
“Kau
benar-benar ringan, Matahari. Kulihat saat istirahat tadi kau tidak
memakan makan siangmu dengan baik. Apa kau ingin makan sesuatu?
Bagaimana dengan jjajangmyeon milik Joon ahjumma? Sudah lama kita tidak
kesana. Kau menginginkannya bukan?”
Kuhembuskan
nafasku. Pipiku rasanya panas sekali. Mengapa Chanyeol begitu
memperhatikanku? Apa tidak ada hal lain yang menarik baginya selain
diriku? Eww, aku ini meracau apa sih? Kurasa otakku benar-benar butuh
perbaikan intensif beberapa saat ini.
Kedua
sudut bibirku tertarik keatas. Tidak apa kan? Hanya untuk kali ini
saja. Boleh kan sedikit saja aku egois? Ah, tanpa sadar kedua lenganku
di lehernya saling memeluk makin erat.
Bahagia− Aku bahagia sekali.
“Gomawo, Yeol.”
.
.
.
Demi
Tuhan pencipta alam semesta dan isinya termasuk diriku dan Chanyeol!!
Minggu depan adalah hari terpenting dalam hidupku− Aku akan menjalani
ujian masuk perguruan tinggi yang sama dengan Chanyeol.
Tapi Chanyeol− Ya, Australopithecus Africanus yang ditemukan Raymond Dart− Dia benar-benar mengganggu semua rencanaku!!
“Yeol!!
Berhentilah menggangguku!! Jika aku tidak berhasil dalam ujian ini, kau
akan menyesal karena aku tidak akan satu perguruan tinggi denganmu!!
Kau akan menyesalinya karena waktu untuk bertemu denganku berkurang!!
Ya!! Chanyeol!!,” mengancamnya adalah hal yang paling ampuh menurutku.
Meskipun
Chanyeol satu tahun lebih tua daripada diriku, tapi terkadang sikapnya
lebih menggemaskan daripada seekor anak kucing− Oh, ngomong-ngomong aku
membenci kucing sangat.
“Demi Tuhan!! Yeol!! Pulanglah!! Aku harus benar-benar konsentrasi untuk ujian ini!! berhenti menggang− YA!! CHANYEOL!!!”
Dasar
usilll!! Iseng sekali, sih Yoda itu??!! Untuk apa dia mengambil bukuku
pula?! Bagaimana kalau salah satu kertas di dalam buku itu robek?!!
Uh-oh tidak− hal itu tidak boleh terjadi. Dasar dobi idiott!!!
“CHANYEOL kemba− KYAA!!”
BRUK
Demi
Newton. Benda keramat macam apa yang dimiliki Chanyeol sehingga
membuatku tersandung dan sekarang dengan tidak elitnya− AKU MENINDIH
CHANYEOL??!! Hal apa lagi yang memalukan selain ini, Bae Sun Mi!!
Pipiku!! Pipiku!! Aku harus menyelamatkan merahnya pipi―
CUP
―bibirku?
“Hehe. Yeppeuda.”
Tanpa sadar aku menembunyikan wajahku di dada bidangnya dan mulai memaki.
“PARK DOBI BODOHHH!!!”
Ukh, benar-benar memalukan!
.
.
.
Dengan gusar aku menggigit pena di tanganku. Demi E = mc2 yang ditemukan Einsten− BESOK AKU AKAN MENGHADAPI UJIAN MASUKKU.
Dan
Chanyeol, selama seminggu sebelumnya tidak pernah sekalipun berhenti
menjadi pengganggu di waktu belajarku. Benar-benar menyebalkan!! Apa dia
tidak ingin kekasihnya ini lulus ujian dan masuk satu perguruan tinggi
yang sama dengannya??!!
DEMI PLUTO YANG BUKANLAH BAGIAN DARI TATA SURYA LAGI.
“Matahari, kau sudah pintar. Untuk apa kau belajar? Apa kau tidak ingin menemaniku bermain saja?”
“Dasar
Dobi koyol!!,” kucekik leher panjangnya− Tanpa kekuatan tentu saja− Aku
tak tega mencekik Chanyeol sungguhan. “Sepintar-pintarnya Johannes
Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart dan Ludwig van Beethoven
menciptakan komposisi melodi klasik yang begitu indah― MEREKA JUGA
MELAKSANAKAN KEGIATAN BELAJAR SEPERTI YANG KULAKUKAN SAAT INI, YEOL!!”
Tuhan.
Demi Giganotosaurus carolinii yang begitu menggemaskan− aku benar-benar
tidak tahan!! Aku harus menyelesaikan semua ini!! “Pergilah, Chan−”
BRUK
Chanyeol
merebahkan kepalanya di pahaku yang memang sengaja kuluruskan memasuki
ruang kosong dibawah meja rendahku. Tangannya terlipat sempurna di
dadanya dan permata indahnya bertabrakan dengan permataku. Ck, Chanyeol
selalu saja tiba-tiba. Apa lagi yang dia inginkan?
“Aku
akan menginap hari ini. Aku mengantuk. Bagaimana kalau kita tidur?
Sudah larut. Tidak baik tidur terlalu larut. Kau akan terserang banyak
penyakit, Matahari.”
Sebelum
aku sempat menjawab, Chanyeol menarik kedua tanganku agar aku beranjak.
Menuntunku ke kasur kecil milikku, merebahkanku, kemudian segera
menyelimuti tubuhku hingga sebatas leher. Lalu memberikan senyum khas
miliknya.
“Tapi− Yeol, ujiannya. Aku bahkan belum mempersiapkan dengan baik. Bagaimana kalau―”
Sesaat berikutnya terlihat gelap. Geez, untuk apa tangan besarnya menutup kedua mataku? Apa-apaan?
“Tidurlah, Matahari. Semua akan baik-baik saja.”
.
.
.
“AKU TIDAK SIAP!! AKU TIDAK SIAP!! AARRGGHH!!”
“Matahari,
kuberikan sebuah mantera yang akan membuatmu dapat melalui semua ini
dengan mudah,” tawarnya dengan mengedipkan sebelah matanya− apa dia
kemasukan sesuatu di matanya?
Ha? Lelucon seperti apa lagi yang sedang Chanyeol buat kali ini? Apa dia tidak bisa serius barang sedikitpun?
“Rapalkan mantera ‘Bae Sun Mi adalah milik Park Chan Yeol seorang’ maka kau akan sukses. Aku yakin itu! 100%!!”
Kutepuk
punggungnya kesal. “Mantera macam apaan itu?! Opera sabun macam apa
yang sudah kau tonton dan merasuki organ merah muda di kepalamu itu,
hah?! Jangan bercanda, Yeol!!”
Aku
akan menangis!! Benar-benar!! Ini semua salah Chanyeol!! Andai saja dia
tidak memaksaku tidur!! Pasti aku dapat mengulang semua materi ini
untuk beberapa kali!! Aakkhh!!! Meledak!! Meledak saja kepala bodoh
ini!!!
“HUUWAA!!
Mom!! Dad!! Cepatlah pulang!! Aku bisa gilaa!! Aku benar-benar sudah
gila!!,” aku menangis terduduk dan memeluk kakiku erat. Peduli sekali
dengan orang-orang yang melihatku aneh. Aku akan benar-benar gilaa!!!
GREB
Chanyeol
memelukku, Tuhan. Sembari memeluk dia menepuk-nepuk lembut punggungku
dan merapalkan, “Matahari bisa. Matahari bisa melaluinya. Semuanya akan
baik-baik saja. Matahari pasti bisa.” berulang kali.
Dengan segera kupeluk leher Chanyeol. Masih dengan keadaan menangis, dengan konyolnya aku ikut merapalkannya.
“Matahari bisa. Matahari bisa melaluinya. Semuanya akan baik-baik saja. Matahari pasti bisa.”
.
.
.
“Aku tidak lulus ujian, Yoda idiott!!! Huwaaa!! Aku akan dipermalukan ilmuan-ilmuan di surga sana, Yeol!!!”
Untuk
pertama kalinya. Aku− Bae Sun Mi tidak dapat tampil dengan percaya diri
di depan khalayak banyak karena tidak dapat lulus dalam ujian ringan
memasuki perguruan tinggi yang sama dengan kekasihnya.
“AKU BISA GILAA!! HAAA!!! EOTTEOKHAE, EOTTEOKHAE??!!!”
“Matahari―”
CUP
“Kau lupa merapalkannya kan? Tidak apa. Yang penting Matahari tetap bersamaku, semua akan baik-baik saja.”
Baik-baik saja bagaimana maksudmu?
“Dasar
maniakkk!! Kau itu kenapa sih?! Selalu saja mencium bibirku!! Oh, kau
terobsesi dengan bibirku ini, kan?! Ya, kan??!! Demi Tuhan, Yeol− Apa
kau tidak malu melakukan hal itu di depan semua orang??!!”
Bukannya
menjawab, Chanyeol malah tersenyum. Kali ini bukan senyum bodoh dan
konyol seperti biasanya− tetapi senyum tampan dan elegan. Membuatku
berhenti bernafas beberapa saat.
“Asalkan itu dengan Matahariku, sayangku, cintaku, calon istri dari anak-anakku− aku tidak akan pernah ragu dan malu.”
Aku
sudah terjerat. Tidak dapat keluar dari kukungannya. Chanyeol begitu
menyilaukan. Semua yang ada dalam dirinya begitu berkilau. Begitu
menyesakkan mata.
“Yeol―”
Tangan
panjangnya merengkuhku. Membawa seluruh tubuhku kedalam pelukan hangat
miliknya. Wangi mint yang menguar dari tubuhnya benar-benar memabukkan.
Aku memang sudah terhayut terlalu dalam.
“Yeobo, bagaimana jika kita menikah saja? Aku akan menjadi ayah yang tampan dan memiliki pekerjaan yang keren.”
Kucubit lengan kanannya. Bisa-bisanya bercanda di saat romantis seperti ini. Maunya apa sih?!
Kuangkat kepalaku menatap wajahnya. Wajah kekasihku− Park Chan Yeol. Dan senyum konyol itu kembali mengiasi wajah tampannya.
Selalu saja seperti ini. Pesonanya terlalu kuat. Aku tidak akan pernah bisa melepaskannya. Aku yakin itu.
.
.
.
“Berbicaralah, Yeol.”
Kuayunkan
pelan ayunan yang sedang kududuki saat ini. Aku tidak tahu apa yang
kupikirkan saat ini. Otakku benar-benar sudah rusak. Semua tidak dapat
kuidentifikasi dengan cepat.
“Matahari, kau tahu apa yang membuatmu seperti ini? Terjebak dalam kesalahan karena ujian sepele?”
“Itu bukan ujian sepele, Dobi.”
“Karena
kau terlalu keras memikirkannya. Kau hanya berfikir sempurna, sempurna,
dan sempurna saja tanpa membuatnya mudah. Ya, itu. Kau membuat segala
sesuatunya terkesan rumit dan sulit. Pernahkah sekali saja, kau
membiarkan dirimu benar-benar beristirahat tanpa memikirkan apapun? Aku
yakin jawabannya tidak.”
“Ba− bagaimana bisa? Tentu saja berfikir! Tiap sel di dalam otakku kan masih dapat berjalan!”
“Bahkan saat aku berada disampingmu seperti ini kau tetap berfikir?”
Aku terdiam. Apa maksud Chanyeol sebenarnya? Ah!! Aku benar-benar pusing!!
“Kau
lihat. Bahkan kata-kataku kau anggap sebagai sesuatu yang harus
‘difikirkan’. Oh, apa kau juga akan menciptakan rumus jika aku berucap
‘aku mencintaimu’?”
Apakah aku seperti itu? Aku− kenapa aku―
“Yeobo.
Memang benar otak adalah bagian terpenting untuk kita berfikir. Tapi,
ayolah, kau bukan Einsten, Beethoven, ataupun para jenius-jenius
lainnya. Kau itu hanya manusia biasa. Boleh saja kau mengasah bagian
berfikirmu itu, tapi sesekali rehatkanlah bagian penting itu. Apa kau
mau mati meninggalkanku terlebih dahulu karena berfikir terlalu sering?”
Aku
menggeleng. Demi Tuhan aku tidak pernah mau―bahkan membayangkan saja
tidak pernah―meninggalkan dunia ini karena kegiatan berfikir terlalu
kerasku.
“Tapi, Yeol―”
“Sayang,
kau tidak melihat diriku? Aku sangat yakin kemampuan berfikirmu lebih
baik daripada milikku. Kau benar-benar pintar− Ah, tidak kau jenius,
sayang. Tapi kenapa aku berhasil melalui ujian masuk itu? Mengapa aku
dapat melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi itu dengan
kemampuanku yang pas-pas-an ini?”
Chanyeol
mengangkat kepalaku. Membuat manikku menatap langsung ke maniknya.
Kedua telapak tangan besarnya melekat hangat di pipiku. Kupejamkan kedua
mataku. Entah untuk beberapa saat aku merasa sangat nyaman. Tanpa sadar
tangan kananku menggenggam salah satu tangan besar miliknya.
“Matahari,
tidak belajar sama sekali juga tidak baik. Bagaimana jika belajar
dengan perlahan? Organ bernama otak itu tidak bodoh, kok. Dia pasti
dapat menerima dengan baik. Bagaimana jika kita belajar bersama dan
mengikuti ujian kedua? Kau pasti dapat melaluinya dengan mudah,
Matahari!!”
Kuangkat
badanku dari ayunan. Membuatku berdiri dan mentap kembali wajah
kekasihku. Ya, Tuhan. Mengapa dia dilahirkan begitu tinggi dan aku
begitu pendek− ah, mungil, sih?
“Channie! Menunduklah!”
Saat
Chanyeol menunduk, kutangkap kerah bajunya. Kemudian menempelkan kening
kami. Dari jarak sedekat ini aku dapat menatap manik elang itu dengan
baik. Menatap tiap lekukan di wajah tampannya yang dibuat tanpa cela.
“Saranghae,” ungkapku.
Lalu,
yah− senyum konyol itu kembali keluar. Aku terkekeh geli melihatnya.
Tuhan benar-benar baik menurunkan namja seperti dia untukku. Tanpa
kusadari, aku terkekeh agak lama dengan keadaan kening kami bertaut.
CUP
“Hehehe. Nado saranghae, chagiya.”
Huft, pasti akan berakhir seperti ini.
.
.
.
“Channie! Kemari! Bagaimana jika kita menaiki ini?”
Dengan semangat kutunjuk wahana roller coaster yang terlihat begitu menantang. Uh, aku benar-benar tidak sabar menaikinya!
“Tidak bisakah kita istirahat sejenak, Matahari??”
Kugembungkan
pipiku. Ide gila terlintas di fikiranku. Pasti cara ini akan berhasil
100% sehingga aku dapat menaiki wahana ini tanpa keluhan ‘lelah’
darinya.
Dengan
cepat kulajukan langkahku menuju Chanyeol yang terlihat gembira− dengan
senyum lebar memperlihatkan gusi dan gigi putihnya. Kemudian setelahnya
menarik kerah kemeja Chanyeol dan―
CUP
Ya, Tuhan. Aku sudah benar-benar gila. Aku benar-benar tertular virus mesumnya!!
Dasar
Bae Sun Mi idiott!! Kenapa kau mencium giginya bukan bibirnya??!!
Aarrgghh!!! Bodoh!! Bodoh!! BODOHH!! Akkkhh!!! Memalukan!!!
“PARK SUN MI!!!”
GREB
Yah, dia menciumku sangat lama dengan ditatap orang banyak disana―
― Chanyeol benar-benar tidak waras.
.
.
.
THE END
HELLO TO YOU by Tiramisuu Latté © 2015 All Rights Reserved
0 comments: